Monday, September 1, 2014

yoyok photo yoyok_waroeng_ss_zps84ce9c40.jpg

Sejarah berdirinya Waroeng Spesial Sambal (Waroeng SS) yang tidak lain bermula dari hoby & kegemaran Yoyok Hery Wahyono sang pemilik "Waroeng SS". Berkat perjuangan tak kenal lelah kini membuahkan hasil dengan berdirinya 58 outlet yang tersebar di 27 kota di Indonesia. Tidak mudah memang, namun berkat ketekunan dan keuletan bapak satu orang putra tersebut, kini Waroeng SS berkembang dari yang awalnya memiliki 3 orang karyawan, sampai kini punya 1.800 orang karyawan. Sebelas tahun perjalanan Waroeng SS (memulai tahun 2002) tidak serta merta berjalan tanpa hambatan, akan tetapi hambatan yang merintangi langkah mereka tersebut justru menjadi kekuatan dalam menghasilkan produk yang lebih baik.

Omzet Waroeng SS Yang Fantastis

Berkembangnya usaha kuliner ini mengharuskan Yoyok membagi manajemen Waroeng SS menjadi tiga, yaitu manajemen Yogyakarta, Solo, dan Jabodetabek. Menurut Hananto General Manager Waroeng SS pusat, membagi tiga manajemen dilakukan agar beban yang ditanggung tidak terlalu berat, tidak memungkinkan satu manajemen harus mengurusi 36 cabang yang tersebar dimana-mana. Untuk manajemen Yogyakarta, mereka memantau hingga 18 cabang.

Karyawan yang dimiliki Waroeng SS semakin bertambah hingga mencapai 330 orang. Omzet usaha ini pun mempunyai tren grafik yang meningkat. Berawal dari omzet Rp. 200 ribu perbulan, kini Waroeng SS telah beromzet Rp. 1,2 Milyar per bulan. Omzet 1,2 Milyar per bulan tersebut hanya di diperoleh dari 18 cabang diluar manajemen Solo dan Jabodetabek.

"Kunci kesuksesannya dalam mengembangkan usaha kuliner Waroeng SS adalah kekuatan rasa, rasa disini tidak hanya enak, tetapi mengesankan, memikat, dan mempesona,” jelas Yoyok yang kini menjabat direktur Waroeng SS. Menguatkan apa yang sudah dikatakan, Yoyok punya cerita dimana ada sebuah warung makan yang disitu pelayanannya tidak ramah sama sekali, lokasinya kurang bersih, susah dijangkau, namun kenyataannya tetap laris. “Larisnya warung tersebut tidak lain karena memiliki citarasa masakan yang ngangeni,” ujarnya.

Kenyataan itulah yang sampai saat ini diperjuangkan Yoyok untuk senantiasa menjaga kualitas rasa menu yang ada di Waroeng SS. Bahkan karena kekhawatiran berkurangnya kualitas menu masakan yang ada, Waroeng SS yang pernah menerapkan sistem franschise, kini hanya menerapkan kemitraan tertutup, meskipun masih membuka peluang pihak-pihak luar untuk bekerjasama. Dengan sistem tersebut, Waroeng SS bisa lebih mengontrol setiap produk dari tiap outlet, sehingga kualitas citarasa hingga pelayanan bisa termonitor dengan baik.

Penyertaan Modal

Dalam pengelolaan, manajemen Waroeng SS menerapkan pula sistem penyertaan modal. Di sini, investor hanya menitipkan modalnya dan hanya sebagai owner saja. Semua operasional cabang akan dikelola oleh manajemen. Investor nantinya akan memperoleh laporan keuangan dan kinerja manajemen. Pengelolaan manajemen dimulai dari penyiapan tempat, penyediaan sumberdaya, hingga penyediaan peralatan. Biasanya, sebesar 70% modal akan digunakan untuk sewa dan renovasi tempat. Sedangkan 30% modal akan digunakan untuk melakukan standardisasi dan pelatihan untuk karyawan. Selain untuk standardisasi juga digunakan untuk penyediaan peralatan. Besarnya modal yang dibutuhkan tergantung keberadaan tempat tersebut. Bila tempat berada di kota besar maka modal akan lebih besar dikeluarkan dibanding jika tempat berada di kota kecil.

Menu dan Quality control Waroeng SS

Waroeng SS menyediakan 23 jenis sambal, 18 jenis lauk, 9 jenis sayur, dan 24 jenis minuman. Sambal Waroeng SS diracik dengan rasa pedas diatas normal biasanya orang-orang membuat sambal. Ini akan sangat cocok bagi Anda pecinta masakan pedas. Harga masakan yang ditawarkan Waroeng SS sangat terjangkau. Anda bisa memilih menu masakan mulai dari harga Rp. 1.000 sampai Rp. 10 ribu. Kualitas masakan selalu diutamakan dan dijaga oleh manajemen Waroeng SS.

Quality control pun dilakukan di setiap cabang agar Waroeng SS tidak ditinggalkan pelanggannya. Quality control dilakukan pada saat pemilihan input produksinya. Untuk cabai sebagai bahan dasar sambal, dilakukan standardisasi dengan kriteria cabai bisa tahan hingga 2 hari, kulit buah tebal, lebih segar, dan tidak berbau. Manajemen Yogyakarta sendiri mengambil cabai dari daerah Muntilan, Wates, Bantul, dan Kulonprogo. “Sementara ini kami lebih banyak mengambil cabai dari Muntilan, karena sesuai dengan kriteria yang kami inginkan,” kata Anto. Setiap harinya manajemen Yogyakarta membutuhkan 15 Kg cabai merah rawit dan 20 Kg cabai merah keriting. Selain kedua cabai tersebut, juga dibutuhkan cabai hijau rawit dan cabai hijau keriting yang masing-masing kebutuhannya sampai 2 Kg per hari.

Membuka usaha, bukan terkait dengan terbatas atau tidaknya modal yang dimiliki, namun diperlukan keberanian dalam memulai usaha tersebut. Selain keberanian tadi, barang yang Anda jual pun harus mempunyai nilai lebih. Jika Anda ingin berkecimpung di kuliner, satu hal yang harus dicermati, selain rasa yang merupakan hal yang tidak boleh ditawar, yang harus diperhatikan juga adalah pelayanan. Pelayanan tidak harus glamor, pelayanan tidak harus mewah, tetapi punya ciri khas, punya keunikan, dan akhirnya nanti akan membentuk sebuah karakter. Kalau itu sudah terbentuk, akan memudahkan usaha Anda, demikian dikatakan pemilik usaha kuliner Waroeng SS.

Sumber Literatur : Majalah Agro Observer Edisi 24, bisnisUKM

0 comments:

Post a Comment

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!